Bahasa dan Budaya


Para pakar Linguistik-Deskriptif biasanya mendefinisikan bahasa sebagai “suatu sistem lambang bunyi yang bersifat arbiter”, yang kemudian lazim ditambah dengan” yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat untuk berinteraksi dangan mengidentifikasikan diri.
Bagian di atas menyatakan bahwa bahasa itu adalah suatu sistem sama dengan sistem yang lain, yang otomatis bersifat sistematis dan sistemis. Jadi bahasa itu bukan merupakan suatu system tunggal melainkan dibangun oleh subsistem. Sistem bahasa ini merupakan sistem lambang, sama dengan sistem lalu lintas, atau sistem lambang lainnya. Hanya sistem lambang ini berupa bunyi, bukan gambar atau tanda lain dan bunyi ini adalah bunyi bahasa yang dilahirkan oleh alat ucap manusia sama dengan sistem lambang lain, sistem lambang seperti ini juga bersifat arbiter. Artinya antara lambang yang berupa bunyi ini tidak memiliki hubungan wajib dengan konsep yang dilambangkannya. Mengapa pertanyaan, misalnya, mengapa binatang yang berkaki empat dikendarai di sebut (kuda),” melainkan disebut lambang bunyi lain, sebab bahasa itu bersifat dinamis.

Kalau bahasa itu ada, tentu ada asal usul keberadaannya banyak teori telah dilontarkan para pakar mengenai asal-usul bahasa ini.
F.B. condillac seorang filsuf bangsa Prancis berpendapat bahwa bahasa itu berasal dari teriakan-teriakan dan gerak-gerik badan yang bersifat naluri yang dibangkitakan oleh perasaan dan emosi yang kuat. Kemudian teriakan-teriakan itu berubah menjadi bunyi-bunyi yang bermakna, dan yang lama-kelamaan semakin panjang dam rumit sebelum adanya teori condillac, orang (ahli agama) bahwa bahasa itu berasal dari Tuhan. Tuhan telah melengkapi pada pasangan manusia pertama (Adam dan Hawa) dalam kepandaian bahasa. Namun teori Condillac dan kepercayaan agama ini di tolak oleh Von Hender, seorang ahli fisafat bangsa Jerman, yang mengatakan bahwa bahasa itu tidak mungkin dari Tuhan karena bahasa itu sedemikian buruknya dan tidak sesuai dengan logika karena Tuhan maha sempurna. Menurut Von Herder bahasa itu terjadi dari proses onomatope, yaitu peniruan bunyi alam. Bunyi-bunyi alam yang ditiru ini merupakan benih yang tumbuh mernjadi bahasa sebagai akibat dari dorongan hati yang sangat kuat untuk berkomunkasi.
Von Schlegel, seorang ahli filsafat bangsa Jerman, berpendapat bahwa bahasa-bahasa yang ada di dunia ini tidak mungkin bersumber dari satu bahasa. Asal-usul bahasa itu sangat berlainan tergantung kepada faktor-faktor yang mengatur tuibuhnya bahasa itu. Ada bahasa yang lahir dari onomatope, ada yang lahir dari kesadaran manusia, dan sebagainya. Namun dari mana asalnya menurut Von schgel akal manusialah yang membuat sempurna.
Brooks (1975) memperkenalkan satu teori mengenai asal usul bahasa yang sejalan dengan perkembangan psikolingistik dewasa ini. Menurut brooks bahasa itu lahir pada waktu yang sama dengan kelahiran manusia. Berdasarkan penemuan-penemuan antropologi, arkeologi, biologi, dan sejarah purba manusia, bahasa, kebudayaan secara bersamaan lahir di bagian tenggara Afrika kira-kira dua juta tahun yang lalu. Menurut hipotesis Brooks bahasa pada mulanya berbentuk bunyi-bunyi tetap untuk menggantikan atau sebagai simbol bagi benda, hal, atau kejadian tetap di sekitar bagian yang tepat bunyi-bunyi itu, kemudian bunyi-bunyi itu dipakai bersama oleh orang-orang di tempat itu. Sejak awal bahasa itu merupakan satu kerangka atau struktur yang dibentuk oleh empat unsur, yaitu, bunyi, keteraturan, bentuk dan pilihan. Kemudian karena kelahiran bahasa bersamaan dengan kelahiran kebudayaan, maka melalui kebudayaan ini dengan segala hasil ciptaan kognisi seseorang dapat dimiliki oleh orang lain, dan dapat di turunkan kepada generasi berikutnya.
Untuk menyokong hiotesis mengenai kelahiran bahasa ini, Brooks merajuk pertemuan-pertemuan teori-teori dari Eric lenneberg (1964-1967), Suzanne langer (1942), Gorge miller (1965), dan Roman Jakobsan (1972). Umpamanya, teori keotonomian bahwa bahasa tidak terikat oleh waktu dan tempat, di terima oleh Brooks. Pendapat Suzanne langer dan Eric lanneberg bahwa bahasa juga tidak terikat oleh keperluan, juga di terima oleh Brooks. Selain itu Brooks juga mengambil analisis nurani yang beraswal Dario R Descartes (abad 17), yang di angkat lagi pada abad 20 oleh Noam Comsky (1957,1965),1968) hipotesis nurani ini menyatakan bahwa manusia itu telah lahir telah dikaruniai dengan kemampuan nurani yang memungkinkan manusia itu mempunyai kemampuan bahasa. Dengan kata lain manusia telah diciptakan menjadi makhluk berbahasa.
Sejalan dengan Brooks, Philip Lieberman (1975) juga mengemukakan suatu teori mengenai asal-usul bahasa . Kalau Brooks Merujuk pada hipotesis nurani berasal dari Descartes, maka liberman meangkah jauh ke belakang. Menurut liberman bahasa lahir secara evolusi sebagai yang dirumuskan oleh Darwin (1859) dengan teori evolusinya. Semua hukum evolusi Darwin, menurut Lieberman, telah berlaku dan dilalui juga evolusi bahasa.
Hubungan Bahasa dan Kebudayaan
Bahasa sebagai suatu sistem komunikasi adalah suatu bagia atau subsistem,dari sistem kebudayaan malah dari bagian yang inti dari kebudayaan. Bahasa terlibat dalam semua aspek kebudayaan, paling sedikit dengan cara mempunyai nama atau istilah dari unsur-unsur dari semua aspek kebudayaan itu, Lebih penting dari itu, kebudayaan manusia tidak akan mungkin terjadi tanpa bahasa; bahasalah faktor yang menentukan terbentuknya kebudayaan. Ini dapat kita mengerti jika kita bayangkan sejenak bagaimana mungkin kita memperkembangkan unsur-unsur kebudayaan seperti pakaian, rumah, lembaga, pemerintahan, hukum, perkawinan tanpa adanya bahasa.
Hubungan lain dari bahasa dengan kebudayaan ialah bahwa bahasa sebagai sistem komunikasi mempunyai maknanya dalam kebudayaan yang menjadi wadahnya, adalah penting dari guru-guru bahasa mengetahui bahwa suatu bahasa berada dalam kebudayaan tertentu, sehingga mengerti, suatu bahasa tertentu merupakan sedikit mengerti tentang kebudayaan. Ini tidak berarti suatu bahasa tidak harus menjadi bagian dari suatu kebudayaan tertentu, oleh karena adanya mungkin menggunakan suatu bahasa dalam dua atau lebih kebudayaan. Umpamanya bahasa Spanyol adalah bahasa di Spanyol, Meksiko dan Amerika latin yang lain yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda. Bahasa Arab digunakan di Iran dan Maroko, bahasa Inggris dipakai di Amerika Serikat dan Inggris. Betul ada persamaan-persamaan dari negara-negara yang disebut dia atas, tetapi kebudayaan masing-masing dari keseluruhan adalah kebudayaan berlainan.
Sedemikian eratnya hubungan bahasa dengan kebudayaan wadahnya, hingga sering terdapat kesulitan dalam menerjemahkan kata-kata dan ungkapan dari satu bahasa ke bahasa yang lain. Sebagai contoh, perkataan village, dalam bahasa inggris tidaklah sama dengan desa dalam bahasa Indonesia. Sebab konsep village dalam bahasa inggris dan Amerika Serikat adalah lain sekali dari desa dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu ungkapan yang pernah dikeluarkan oleh penulis asing menyebut kota Jakarta sebagai big village akan hilang maknanya jika diterjemahkan dengan ” Desa yang besar”.
Hal ini membawa hubungan kita kepada hubungan lain kepada antara bahasa dan kebudayaan, yaitu bahwa kunci bagi pengertian yang mendalam atas suatu kebudayaan adalah melalui bahasanya. Semua yang dibicarakan dalam suatu bahasa, terkecuali ilmu pengetahuan yang kita anggap universal, adalah tentang hal-hal yang ada dalam kebudayaan bahasa itu. Oleh karena itu maka perlu mempelajari bahasa jika kita ingin mendalami suatu kebudayaan ialah melalui bahasanya. Inlah latar belakang pemikiran dari pengkajian bahasa, kususnya variasi penggunaan bahasa, oleh ahli ilmu-ilmu sosial, yang mereka sebut sosiologi bahasa. Tujuan mereka dalam mengkaji bahasa ialah untuk mengerti lebih mendalam pola dan nilai-nilai di suatu masyarakat , bahasa dianggap cirri yang paling kuat dari kepribadian sosial seseorang, dan juga ada keterkaitan terhadap kebudayaan di suatu masyarakat.

 

6 thoughts on “Bahasa dan Budaya

  1. ARTIKEL YG BGS. .
    G SNGT TRBNTU. .
    UNTUK KERJAKAN TGS IPS G TNTG HBNGN ANTARA BDYA N BHSA. .
    HEHEHE. .

  2. mantabz nih artikelnya…
    sgt membantung saya pd plajaran language and culture,,,

    owya pas saya liat biografinya, t’nyata kita satu kampus, tp beda angkatan hehehe…

Leave a comment